Langit-langit rubuh. Waktu menunjukkan pukul 08:13 pagi. Sinar
matahari yang berwarna keemasan menembus jendela-jendela di ruang kelas.
Mulut Kusunoki Masaki penuh dengan debu yang dihasilkan dan
membuatnya sulit untuk bernafas. Ia dengan cepat melihat keadaan ruang
tersebut. Reruntuhan dan pecahan dari langit-langit yang rubuh tersebar
di atas meja, kursi dan lantai dan juga asap debu bertebaran di udara.
Di tengah-tengah ini semua ada sesosok bayangan aneh yang bergerak-gerak.
Prajurit-prajurit kartu dengan lengan dan kaki yang panjang dan
kurus meniup trompet. Dari ujung terompet mereka, keluar angsa
beterbangan, dan dari paruh mereka yang kuning huruf-huruf alphabet
bermunculan. Bebek, burung beo, kepiting, dan tikus bertopi, semuanya
lebih besar dari kucing, tertawa dan bernyanyi di tengah kekacauan ini.
Tidak ada dari mereka yang seharusnya nyata. Seakan-akan mereka muncul dari sebuah dongeng.
Tampaknya mereka terjatuh ke ruang kelas pada saat langit-langit rubuh.
Masaki merupakan satu-satunya orang yang berada di ruang tersebut
sehingga untunglah tidak ada orang lain yang terluka. Ruangan itu
dipenuhi dengan berbagai makhluk yang ajaib. Meja-meja dan kursi-kursi
yang teratur dan terurut rapi dilangkahi dan diinjak-injak hingga hancur
tanpa bentuk.
Di antara prajurit-prajurit kartu, tikus-tikus bertopi, dan
binatang-binatang lainnya (makhluk-makhluk aneh, ajaib dan menakjubkan)
terdapat seekor kucing raksasa. Kira-kira panjangnya 6 meter. Bagian
teratas kepalanya, yang bulat dan berbulu lebat, mencapai ketinggian
rangka langit-langit yang sudah runtuh sebagian.
Kucing besar tersebut menutup matanya yang berbentuk seperti
almond, tersenyum sopan dan menundukkan kepalanya seakan-akan tunduk.
Di antara kedua kupingnya yang berbentuk segitiga tedapat sesosok manusia.
Orang ini sangat mencolok dalam arti yang berbeda dengan berbagai makhluk aneh yang menari di tengah reruntuhan.
Masaki menahan nafasnya.
Dia melupakan segala yang terjadi di sekitarnya seiring dengan kekagumannya, Ia sangat cantik, begitu pikirnya.
Gadis itu terlihat seperti boneka barat.
Sinar matanya cerah dan berwarna biru safir, dan dia mempunyai
rambut yang serupa dengan kumpulan benang emas. Kulitnya putih seperti
gips (? Mungkin salju lebih cocok?)
Dia berpegangan pada bulu-bulu telinga kucing tersebut sewaktu kucing itu bergerak perlahan-lahan.
Meskipun gadis ini lebih pendek daripada Masaki, ia harus menengadah ke atas untuk melihatnya karena tingginya kucing tersebut.
Gadis itu melihat keadaan sekelilingnya - lalu beradu pandang dengan Masaki.
Ia memiringkan kepalanya ke samping tampaknya terlihat penasaran.
"...Siapa kamu?"
Suaranya tedengar sejernih air.
"Er, Aku adalah Kusunoki Masaki... Aku baru pindah ke sekolah ini hari ini."
"Begitu ya... Apa Aku mengejutkanmu?"
"Aku sangat kaget. Kukira aku sudah menjadi gila tadi - tunggu sebentar, siapa kamu?"
"...Aku berduka atasmu."
Dia tidak menjawab pertanyaanku, malah dia mengatakan kata-kata kasihan
Masaki sangat heran, maka ia menanyakan pertanyaan lain.
"Atasku? Kenapa?"
"Kamu akan mati."
"Apa!?"
Masaki lalu mendengar suara sesuatu yang membelah udara dan berbalik.
Di sisi lain jendela––
Komentar
Posting Komentar