Langsung ke konten utama

Part 2

Suatu hari yang biasa, seorang anak laki-laki bernama Quenser sedang berdiri di area Alaska yang bersalju. Dia berada di dalam markas yang khusus melakukan perawatan bagi sang raksasa, Object. Perawakan Quenser berbeda dari penampilan tentara pada umumnya. Dalam pandangan mata, dia tidak memiliki otot yang dibutuhkan oleh seorang tentara. Quenser memiliki bentuk tubuh seorang siswa yang sedang belajar di sebuah negara yang aman. Juga, dia bisa dengan mudahnya menjadi wanita jika ia memakai celana pendek atau rok.
Pada kenyataannya, kesan pertama yang terlihat itu tidak sepenuhnya benar.
Lengannya yang ia gunakan untuk menggali salju ini dengan sekop bergetar karena kelelahan dan myalgia.
“Sial!! Sebenarnya apa tujuan pekerjaan kita ini!?”
Orang yang sedang kesal dan kemudian menyerah itu berdiri di sebelah Quenser. Quenser nampak terkejut dan prajurit laki-laki itu melemparkan sekopnya ke bawah.
“Kan ada beberapa jenis tentara. Sedangkan aku adalah seorang prajurit yang bekerja sebagai analis rada untuk mengecek spesifikasi Object musuh untuk mencari kelemahannya. Aku tidak bergabung dengan tentara untuk menggali lubang!”
Prajurit pintar itu bernama Heivia. Walau Quenser tidak memiliki kemampuan di bidang otak dan pikiran, dia bisa bergaul dengan wajar dengan Heivia.
(Yah... kita kan sama-sama mirip.)
Dengan pikiran yang ragu, Quenser berbicara.
“Aku bukannya enggak ada pilihan. Semua pertempuran dilakukan oleh Object, tapi orang-orang di tempat aman di sana tidak ingin uang pajak mereka tidak menghasilkan apapun. Waktu aku menonton CS News, aku melihat konselor Flide sedang berkampanye mengenai penurunan pajak untuk mendapatkan suara di pemilu yang akan datang.”
“Itulah yang aku maksudkan dari tadi,” kata Heivia. “Bahkan orang-orang di negara kita tahu kalau menggali di tempat bersalju seperti ini untuk merawat landasan pacu tidak ada gunanya. Aku sangat mual kalau berpikir ini hanya untuk pencitraan saja.”
“Ya, pesawat fighter tidak akan berarti di hadapat Object. Di dalam perang sesungguhnya, Object sudah menghancurkan 1500 pesawat dan aku sangat yakin bahwa mereka semua sudah melupakan jumlah pesawat yang hancur itu sekarang.” Quenser menancapkan sekopnya ke tanah dan menyandarinya dengan kedua tangannya di belakang. “Lagi pula Object menggunakan anti air-laser yang ditenagai oleh reaktor bertenaga tinggi. Figther mungkin bisa terbang sampai Mach 2 atau Mach 3 tapi tidak akan mempan terhadap kecepatan cahaya. Saat Object sudah mengunci targetnya, mereka pasti tertembak jatuh. Aku dengar kalau unit lapis baja yang dikatakan di kelas sejarah selamat karena debu dan kotoran dan benda-benda lainnya di dekat pantulan laser itu, tapi .........................................................................”
“Benda itu adalah monster setinggi 50 meter yang masih bisa bergerak bahkan setelah diserang nuklir. Pesawat tempur bagi Object tak lebih dari burung kecil dan granat bagi benda itu. merawat landasan pacu seperti ini hanya membuang-buang tenaga.”
“Yah, aku dengar pilot terbaik dari unit angkatan udara cuma berjaga-jaga di dalam kokpit mereka sambil mendengarkan radio. Tapi aku ragu tank-tank dari unit lapis baja bisa lebih berguna dari mereka.... dan mengenai menaikkan permukaan landasan pacu ini. Apakah mereka tidak bisa memasang sekop raksasa di tank-tank itu dan mengerjakannya dalam sekali kerja?”
“....Lalu apa yang kita lakukan ini....?”
“Well, aku lebih memilih pekerjaan ini daripada harus bertarung.”
“Itu bukan kata-kata yang boleh diucapkan seorang prajurit kau tahu, tapi aku harus setuju denganmu,” kata Heivia sang prajurit yang setuju dengan apa yang dikatakan Quenser yang berasal dari rakyat sipil. “Kita bisa saja meninggalkan semua masalah perang ini kepada Object. Kehilangan nyawa di dalam perang rasanya tidak ada gunanya lagi. Kita tinggal melihat dari jauh dan melihat Object membawa oleh-oleh kemenangannya. Orang-orang seperti kita yang ingin ikut berperang tidak akan ada artinya lagi.”
“Apa kau seorang bangsawan, Heivia?”
“Yah, jadi aku harus kelu dari sini dan menjadi seorang ‘prajurit yang terhormat’ untuk menunjukkan kemampuanku untuk menjadi kepala keluarga berikutnya di keluargaku. Sebenarnya, kalau aku tinggal di markas saja selama tiga tahun, aku bisa menghabiskan hidupku di dalam rumah mewah dan besar bersama dengan banyak pelayan.”
Sepertinya Quenser tidak begitu menikmati hidup yang damai seperti itu.
“Sepertinya kau juga punya cita-cita sendiri.”
“Yah, tidak sepertimu, aku hanya orang biasa. Aku harus mencari pekerjaan. Makanya aku mendaftar sebagai Tamtama di sini.”
“Apa kau berharap bisa menjadi desainer Object?”
“Belajar di tempat di mana Object ada katanya adalah jalan tercepat untuk mendapatkan kekayaan. Jadi kalau aku bertahan di sini selama tiga tahun, aku bisa mendapat pendidikan terbaik yang bisa didapat. Lalu aku bisa mendapat uang dan mendapat gelar ‘orang suci yang membantu pahlawan’ dengan membangun dan menjual Object kepada para pahlawan itu untuk dipiloti.”
“Tamtama yang berhasil akan sangat dipuji oleh orang-orang karena ada batasan yang dilewati oleh mereka. karena mereka semua tidak menjalani latihan sebagai seorang tentara, aku dengar banyak dari mereka yang mundur karena sakit dan kerja berlebihan. Mendengar itu semua membuatku ingat kalau ini adalah perang.”
“Ngomong-ngomong, apa kau menjalani latihan perang, Heivia?”
“Yah, aku dapat latihan gaya lama saat aku mendaftar dulu. Sepertinya mereka ingin membuat tentara berotot dan memberi jiwa camaraderie selama 5 bulan latihan, tapi aku berakhir tanpa hasil. Aku belum pernah terjun ke perang sesungguhnya sejak aku melapor ke markas ini, bahkan kemampuan bela diriku sepertinya semakin tidak terasah.”
“Aku sebenarnya sangat senang dapat menjalani hidup yang mengajarkan kita untuk tidak bertarung.”
“Sebenarnya itu bukan kata-kata yang bagus bagi seorang prajurit, tapi sekali lagi aku setuju dengan apa yang kau katakan.” Merasa lelah dengan apa yang mereka perbincangkan, Heivia mengganti subjek pembicaraan mereka. “Ransum bernutrisi dari militer ini rasanya sangat datar dan menjijikkan. Apa yang sebenarnya orang pikirkan sih? .... Ini lebih mahal dari daging tapi rasanya lebih buruk. Aku sangat tidak tahan.”
“Bukannya mereka membuat itu agar para tentara semangat para tentara tidak berubah hanya karena apa yang mereka makan hari itu? orang-orang memiliki selera yang berbeda soal makanan, jadi mereka tidak bisa membuat makanan yang orang banyak sukai.”
“Jadi mereka memberi kita makanan yang membuat kita membencinya? Brengsek!”
“Makanan itu dibayar dari uang pajak, jadi kamu enggak usah komplain. Aku rasa menangkap seekor rusa dan memanggangnya dengan sedikit garam lebih baik.”
Quenser membuat komentarnya keluar jalur, tapi membuat Heizia terpaku di tempat itu dengan beberapa alasan.
Dia melihat Quenser dengan rasa sangat kagum.
“... Kau benar-benar seorang Tamtama. Kau sangat jenius.”
“Hey.”
“Kau benar. Kalau kita tidak bisa memakan makanan yang enak, kita tinggal cari makanan yang enak sendiri.”

Komentar