Suatu hari yang biasa, seorang anak laki-laki bernama Quenser sedang
berdiri di area Alaska yang bersalju. Dia berada di dalam markas yang
khusus melakukan perawatan bagi sang raksasa, Object. Perawakan Quenser
berbeda dari penampilan tentara pada umumnya. Dalam pandangan mata, dia
tidak memiliki otot yang dibutuhkan oleh seorang tentara. Quenser
memiliki bentuk tubuh seorang siswa yang sedang belajar di sebuah negara
yang aman. Juga, dia bisa dengan mudahnya menjadi wanita jika ia
memakai celana pendek atau rok.
Pada kenyataannya, kesan pertama yang terlihat itu tidak sepenuhnya benar.
Lengannya yang ia gunakan untuk menggali salju ini dengan sekop bergetar karena kelelahan dan myalgia.
“Sial!! Sebenarnya apa tujuan pekerjaan kita ini!?”
Orang yang sedang kesal dan kemudian menyerah itu berdiri di
sebelah Quenser. Quenser nampak terkejut dan prajurit laki-laki itu
melemparkan sekopnya ke bawah.
“Kan ada beberapa jenis tentara. Sedangkan aku adalah seorang
prajurit yang bekerja sebagai analis rada untuk mengecek spesifikasi
Object
musuh untuk mencari kelemahannya. Aku tidak bergabung dengan tentara
untuk menggali lubang!”
Prajurit pintar itu bernama Heivia. Walau Quenser tidak memiliki
kemampuan di bidang otak dan pikiran, dia bisa bergaul dengan wajar
dengan Heivia.
(Yah... kita kan sama-sama mirip.)
Dengan pikiran yang ragu, Quenser berbicara.
“Aku bukannya enggak ada pilihan. Semua pertempuran dilakukan
oleh Object, tapi orang-orang di tempat aman di sana tidak ingin uang
pajak
mereka tidak menghasilkan apapun. Waktu aku menonton CS News, aku
melihat konselor Flide sedang berkampanye mengenai penurunan pajak
untuk mendapatkan suara di pemilu yang akan datang.”
“Itulah yang aku maksudkan dari tadi,” kata Heivia. “Bahkan
orang-orang di negara kita tahu kalau menggali di tempat bersalju
seperti ini
untuk merawat landasan pacu tidak ada gunanya. Aku sangat mual kalau
berpikir ini hanya untuk pencitraan saja.”
“Ya, pesawat fighter tidak akan berarti di hadapat Object. Di
dalam perang sesungguhnya, Object sudah menghancurkan 1500 pesawat dan
aku
sangat yakin bahwa mereka semua sudah melupakan jumlah pesawat yang
hancur itu sekarang.” Quenser menancapkan sekopnya ke tanah dan
menyandarinya dengan kedua tangannya di belakang. “Lagi pula Object
menggunakan anti air-laser yang ditenagai oleh reaktor bertenaga
tinggi. Figther mungkin bisa terbang sampai Mach 2 atau Mach 3 tapi
tidak akan mempan terhadap kecepatan cahaya. Saat Object sudah
mengunci targetnya, mereka pasti tertembak jatuh. Aku dengar kalau unit
lapis baja yang dikatakan di kelas sejarah selamat karena debu
dan kotoran dan benda-benda lainnya di dekat pantulan laser itu, tapi
.........................................................................”
“Benda itu adalah monster setinggi 50 meter yang masih bisa
bergerak bahkan setelah diserang nuklir. Pesawat tempur bagi Object tak
lebih
dari burung kecil dan granat bagi benda itu. merawat landasan pacu
seperti ini hanya membuang-buang tenaga.”
“Yah, aku dengar pilot terbaik dari unit angkatan udara cuma
berjaga-jaga di dalam kokpit mereka sambil mendengarkan radio. Tapi aku
ragu
tank-tank dari unit lapis baja bisa lebih berguna dari mereka.... dan
mengenai menaikkan permukaan landasan pacu ini. Apakah mereka tidak
bisa memasang sekop raksasa di tank-tank itu dan mengerjakannya dalam
sekali kerja?”
“....Lalu apa yang kita lakukan ini....?”
“Well, aku lebih memilih pekerjaan ini daripada harus bertarung.”
“Itu bukan kata-kata yang boleh diucapkan seorang prajurit kau
tahu, tapi aku harus setuju denganmu,” kata Heivia sang prajurit yang
setuju dengan apa yang dikatakan Quenser yang berasal dari rakyat sipil.
“Kita bisa saja meninggalkan semua masalah perang ini kepada
Object. Kehilangan nyawa di dalam perang rasanya tidak ada gunanya lagi.
Kita tinggal melihat dari jauh dan melihat Object membawa
oleh-oleh kemenangannya. Orang-orang seperti kita yang ingin ikut
berperang tidak akan ada artinya lagi.”
“Apa kau seorang bangsawan, Heivia?”
“Yah, jadi aku harus kelu dari sini dan menjadi seorang ‘prajurit
yang terhormat’ untuk menunjukkan kemampuanku untuk menjadi kepala
keluarga berikutnya di keluargaku. Sebenarnya, kalau aku tinggal di
markas saja selama tiga tahun, aku bisa menghabiskan hidupku di dalam
rumah mewah dan besar bersama dengan banyak pelayan.”
Sepertinya Quenser tidak begitu menikmati hidup yang damai seperti itu.
“Sepertinya kau juga punya cita-cita sendiri.”
“Yah, tidak sepertimu, aku hanya orang biasa. Aku harus mencari pekerjaan. Makanya aku mendaftar sebagai Tamtama di sini.”
“Apa kau berharap bisa menjadi desainer Object?”
“Belajar di tempat di mana Object ada katanya adalah jalan
tercepat untuk mendapatkan kekayaan. Jadi kalau aku bertahan di sini
selama
tiga tahun, aku bisa mendapat pendidikan terbaik yang bisa didapat. Lalu
aku bisa mendapat uang dan mendapat gelar ‘orang suci yang
membantu pahlawan’ dengan membangun dan menjual Object kepada para
pahlawan itu untuk dipiloti.”
“Tamtama yang berhasil akan sangat dipuji oleh orang-orang karena
ada batasan yang dilewati oleh mereka. karena mereka semua tidak
menjalani latihan sebagai seorang tentara, aku dengar banyak dari mereka
yang mundur karena sakit dan kerja berlebihan. Mendengar itu
semua membuatku ingat kalau ini adalah perang.”
“Ngomong-ngomong, apa kau menjalani latihan perang, Heivia?”
“Yah, aku dapat latihan gaya lama saat aku mendaftar dulu.
Sepertinya mereka ingin membuat tentara berotot dan memberi jiwa
camaraderie
selama 5 bulan latihan, tapi aku berakhir tanpa hasil. Aku belum pernah
terjun ke perang sesungguhnya sejak aku melapor ke markas ini,
bahkan kemampuan bela diriku sepertinya semakin tidak terasah.”
“Aku sebenarnya sangat senang dapat menjalani hidup yang mengajarkan kita untuk tidak bertarung.”
“Sebenarnya itu bukan kata-kata yang bagus bagi seorang prajurit,
tapi sekali lagi aku setuju dengan apa yang kau katakan.” Merasa lelah
dengan apa yang mereka perbincangkan, Heivia mengganti subjek
pembicaraan mereka. “Ransum bernutrisi dari militer ini rasanya sangat
datar dan menjijikkan. Apa yang sebenarnya orang pikirkan sih? .... Ini
lebih mahal dari daging tapi rasanya lebih buruk. Aku sangat
tidak tahan.”
“Bukannya mereka membuat itu agar para tentara semangat para tentara tidak berubah hanya karena apa yang mereka makan hari itu?
orang-orang memiliki selera yang berbeda soal makanan, jadi mereka tidak bisa membuat makanan yang orang banyak sukai.”
“Jadi mereka memberi kita makanan yang membuat kita membencinya? Brengsek!”
“Makanan itu dibayar dari uang pajak, jadi kamu enggak usah
komplain. Aku rasa menangkap seekor rusa dan memanggangnya dengan
sedikit
garam lebih baik.”
Quenser membuat komentarnya keluar jalur, tapi membuat Heizia terpaku di tempat itu dengan beberapa alasan.
Dia melihat Quenser dengan rasa sangat kagum.
“... Kau benar-benar seorang Tamtama. Kau sangat jenius.”
“Hey.”
“Kau benar. Kalau kita tidak bisa memakan makanan yang enak, kita tinggal cari makanan yang enak sendiri.”
Komentar
Posting Komentar