Kalau kita membahas mengenai ilmu gaib, okultisme, teori tentang
dimensi menegaskan keberadaan sebuah ‘kekuatan’ dari luar dunia ini.
Menemukan permulaan dari segala sesuatu, adalah mimpi semua magus
yang paling besar, sang ‘Awal’,… Tahta Tuhan, Akashic Records, adalah
sebuah dokumen yang mencatat semua awal dan akhir dari segala sesuatu di
dunia ini.
200 tahun yang lalu, sekelompok orang melakukan eksperimen dan percobaan atas tempat ‘diluar dunia ini’.
Einsbern, Makiri, Tosaka. Disebut sebagai 3 keluarga permulaan,
apa yang mereka lakukan adalah pembuatan kembali ‘Cawan Suci’, sebuah
topik yang terdapat di berbagai tradisi. Dengan harapan bahwa dengan
memanggil Cawan tersebut dapat mengabulkan segala permintaan, tiga
keluarga magus menggabungkan seni rahasia masing-masing untuk membentuk
‘wadah dengan kekuatan Tuhan’.
… Sayangnya, Cawan itu hanya dapat mengabulkan permintaan satu
orang. Segera setelah hal itu diketahui, ikatan kerja sama dengan
cepatnya lenyap dalam darah oleh pertengkaran dan konflik.
Ini adalah awal dari ‘Perang Cawan Suci’, ‘Heaven’s Feel’.
Setelah itu, setiap 60 tahun sekali, Cawan itu akan datang di sebuah kota yang terletak jauh di timur, ‘Fuyuki’.
Lalu, Cawan itu akan memilih 7 magus yang memiliki kemampuan dan
kriteria untuk memilikinya, dan membagikan sejumlah prana yang sangat
besar kepada mereka, untuk membuat mungkin pemanggilan Roh Para
Pahlawan, ‘Servants’. Hasil dari pertempuran sampai mati ini akan
menentukan siapakah diantara ketujuh magus yang paling layak medapatkan
Cawan itu.
- Untuk menjelaskan secara singkat, ini adalah hal yang sedang dialami oleh Kotomine Kirei.
“Pola yang muncul di tangan kananmu disebut ‘Command Seals’. Ini
adalah bukti bahwa kamu telah dipilih oleh Cawan tersebut, dan sebuah
tanda suci yang memberikanmu hak untuk memanggil Servant.”
Orang dengan suara yang lembut namun tegas, yang menjelaskan ini adalah Tosaka Tokiomi.
Di dalam sebuah ruangan yang terletak di dalam vila mewah yang
dibangun diatas bukit kecil di distrik paling rapi di Turin selatan,
Itali, 3 pria duduk di atas sofa panjang. Kirei dan Tokiomi, dan seorang
pastor yang memperkenalkan mereka dan menjadi perantara pembicaraan
adalah Kotomine Risei… ayah kandung Kirei.
Sebagai teman seorang pastor yang sebentar lagi akan mencapai
umur 80, Tosaka adalah orang Jepang yang eksentrik. Dia terlihat
seumuran dengan Kirei, sukses dan memiliki aura seorang professional.
Lahir dalam silsilah keluarga kuno yang terkenal bahkan dalam standar
orang Jepang, vila ini adalah tempat tinggalnya yang kedua, seperti yang
dikatakannya. Tetapi yang paling menarik adalah dia dengan gampangnya
memperkenalkan dirinya sebagai seorang ‘magus’.
Menjadi seorang magus tidaklah seaneh kedengarannya. Kirei
adalah, seperti ayahnya, seorang pastor, namun tugas sang ayah dan anak
sangat berbeda dari apa yang orang-orang kenal dari seorang ‘Pastor’.
‘Gereja Suci’, tempat dimana orang-orang seperti Kirei bernaung
memiliki doktrin di luar lingkup keajaiban dan misteri ilahi, tetapi
tetap memikul peran untuk membasmi lambang kesesatan dan melenyapkannya
dari dunia. Itu berarti, mengambil tempat dimana mereka bisa mengawasi
hujatan seperti seni magis.
Seorang magus bekerja hanya dengan magus lainnya, dan bersatu di
bawah sebuah organisasi magis yang menyebut dirinya ‘Asosiasi’, yang
menghadirkan ancaman sebagai rival kepada Gereja Suci. Saat ini, mereka
sepakat untuk menjaga perdamaian sementara; tapi walaupun begitu, sebuah
situasi dimana seorang Pastor dari Gereja Suci dan seorang magus
berkumpul di tempat yang sama untuk sebuah ceramah adalah sesuatu yang
tidak pernah terbayangkan.
Dalam kasus Risei, sang pastor, keluarga Tosaka adalah salah satu
keluarga yang sejak lama telah memiliki koneksi dengan Gereja, walaupun
mereka adalah keluarga magus.
Bermula dari malam sebelumnya saat Kirei menemukan kemunculan
sebuah pola yang terbentuk dari tiga bekas cakar. Dia telah
mendiskusikan hal ini dengan ayahnya, dan Risei dengan segera membawa
anaknya ke Turin keesokan paginya untuk bertemu dengan magus muda ini.
Sejak itu, setelah perkenalan yang terburu-buru, penjelasan yang
Tokiomi berikan kepada Kirei di pertemuaan rahasia ini adalah mengenai
peperangan yang sama, ‘Heaven’s Feel’. Arti dibalik tanda muncul di atas
tangan Kirei… Adalah, bahwa Kirei memperoleh hak untuk memperjuangkan
kesempatan mewujudkan keinginannya oleh keajaiban lewat penciptaan Cawan
Suci yang keempat yang akan terjadi tiga tahun lagi.
Bukan berarti dia menolak untuk ikut berpartisipasi. Pekerjaan
Kirei di dalam Gereja Suci adalah, pada dasarnya, pemusnahan ajaran
sesat, yang berarti dia adalah seorang prajurit yang berpengalaman.
Dapat dikatakan bahwa tugasnya yang paling utama adalah mempertaruhkan
taruhan hidup dan mati melawan magus. Lebih daripada itu, masalahnya
adalah kontradiksi yang mengharuskan Kirei, seorang pastor, untuk
berpartisipasi sebagai ‘magus’ di Heaven’s Feel yang merupakan
pertempuran para magus.
“Heaven’s Feel adalah pertempuran yang menggunakan Servant
sebagai familiar. Jadi untuk terus melaju, seni magis paling dasar
diperlukan untuk memanggil seorang Servant … Intinya, tujuh orang yang
terpilih sebagai Master dari para Servant harus menjadi magus. Ini pasti
sebuah hal yang luar biasa bagi seseorang seperti kamu, yang tidak
hidup dari seni magis, untuk dipilih oleh Cawan di tahap yang sangat
awal.”
“Apakah Cawan memiliki orang-orang yang disukai untuk dipilih?”
Tokiomi mengangguk kepada Kirei yang masih belum yakin.
“Aku menyebutkan ‘3 keluarga permulaan’- pemilihan akan mendukung
magus yang terkait dengan keluarga Makiri, yang sekarang telah merubah
namanya menjadi Mato, Einsbern atau keluarga Tohsaka. Dengan kata lain…”
Tokiomi mengangkat tangan kanannya untuk memperlihatkan pola suci miliknya.
“Sebagai kepala keluarga Tosaka saat ini, aku akan ikut berpartisipasi di pertempuran selanjutnya.”
Jadi, apakah pria ini berencana untuk menusuk Kirei dari belakang
sesudah dengan baik hati membimbing Kirei sampai akhir? Walaupun Kirei
tidak mengerti akan hal itu, dia melanjutkan dengan banyak pertanyaan.
“Aku tertarik tentang para Servant yang kamu sebutkan tadi. kau
katakan Roh Para Pahlawan dipanggil dan digunakan sebagai familiar…”
“Hal ini mungkin sulit untuk dipercaya, tapi itu adalah faktanya. Ini bisa jadi merupakan salah satu keajaiban Cawan itu.”
Legenda tentang para manusia hebat, manusia super yang telah
mengukir nama mereka di dalam sejarah dan dongeng. Mereka adalah
orang-orang yang tetap dikenang manusia setelah kematian mereka dan
dikeluarkan dari kategori manusia, dinaikkan pangkatnya bahkan di dalam
alam spritual; mereka adalah ‘Roh para Pahlawan’. Mereka yang memiliki
status yang jauh berbeda roh jahat yang biasa dipanggil magus sebagai
familiar. Boleh dikatakan, mereka adalah sebuah eksistensi yang memiliki
status spritual sebanding dengan dewa. Walaupun bagian dari kekuatan
mereka dapat dipanggil dan dipinjam, adalah sesuatu yang sangat mustahil
untuk mejadikan mereka sebagai familiar di dunia ini.
“Kalau kamu mempertimbangkan bahwa membuat mungkin sesuatu yang
tidak mungkin ini adalah kekuatan dari Cawan, kamu mengerti betapa
berharganya dia. Pada akhirnya, bahkan pemanggilan seorang Servant
hanyalah sebuah pecahan kecil dari kekuatan Cawan itu.”
Seakan-akan berkata bahwa dia sendiri tercengang pada apa yang
dia katakan, Tosaka Tokiomi menarik nafas dalam-dalam dan menggelengkan
kepalanya.
“Roh Para Pahlawan dari jaman kuno para dewa sampai paling tidak
satu abad yang lalu dapat dipanggil. Tujuh Roh Para Pahlawan mengikuti
tujuh Master, masing-masing akan melindungi Master mereka dan
melenyapkan musuh dari Masternya. Pahlawan dari segala jaman dan negara
akan dipanggil ke jaman ini, dan akan bertemu di dalam pertandingan maut
untuk memperebutkan supremasi. Itu adalah Perang Cawan Suci di Fuyuki,
Heaven’s Feel."
“… Kegilaan macam apa itu? Di tempat dimana ribuan penduduk tinggal?”
Semua magus mengikuti prinsip untuk menyembunyikan diri mereka.
Itu adalah jalan satu-satunya untuk hidup di sebuah jaman dimana sains
dipercaya sebagai kebenaran satu-satunya. Sangat tidak mungkin untuk
menunjukkan keberadaan mereka apalagi jika kita memasukkan keberadaan
Gereja Suci ke dalam pertimbangan.
Tetapi kamu juga harus menyembunyikan kekuatan Roh Para Pahlawan
yang dapat membawa bencana kehancuran. Menggunakan tujuh Servant di
dalam konflik diantara manusia di jaman ini dan membuat mereka bertempur
dengan satu sama lainnya… Itu sama saja dengan memberi perintah untuk
melakukan genosida dan pembantaian besar-besaran dalam perang.
“- Tentu saja, ini adalah sebuah hal yang harus dimengerti untuk
melakukan konfrontasi secara rahasia. Kamu harus menyiapkan pengawasan
yang ketat untuk menjamin hal tersebut.”
Setelah berdiam diri sampai saat ini, pastor Risei, maju dan menyuarakan pendapatnya.
“Heaven’s Feel berlangsung setiap 60 tahun sekali, dan ini adalah
yang keempat kalinya. Peradaban di Jepang sudah dimulai ketika Perang
Dunia kedua terjadi. Bahkan di tempat yang sangat terpencil, kita tidak
bisa mengabaikan orang-orang menyaksikan menyebarnya kerusakan yang
berat.
Jadi, sejak Heaven’s Feel yang ketiga, sebuah kesepakatan telah
dibuat agar kita di Gereja Suci mengirimkan seorang pengawas. Untuk
mengurang bencana dari perang ini seminimum mungkin, kita harus
menyembunyikan keberadaannya dan membuat para magus setuju untuk menjaga
kerahasiaan perseteruan ini.”
“Jadi Gereja akan menjadi juri di dalam peperangan antar magus?”
“Justru karena ini adalah konflik para magus. Tidak ada
seorangpun di Asosiasi Magus yang bisa menjadi juri karena implikasi
politik. Tidak ada cara lain selain menggunakan otoritas luar seperti
Gereja Suci.
Terlebih lagi, tidak mungkin Gereja Suci kita akan membiarkan nama Cawan
Suci digunakan sembarangan. Kita juga tidak bisa membiarkan kemungkinan
bahwa Cawan itu adalah cawan yang pernah menampung darah dari anak
Tuhan.”
Kirei dan Risei, ayah dan anak, memiliki tugas di dalam bagian
yang disebut Assembly of 8th Sacrament. Tugas dari kelompok itu di
Gereja Suci adalah mengumpulkan peninggalan-peninggalan suci. Harta yang
bernama Cawan Suci muncul di berbagai dongeng dan legenda, dan pengaruh
dari “Cawan” itu di dalam doktrin Gereja Suci sangat besar.
“Dibawah kondisi itu, waktu yang lalu, di dalam kekacauan Perang
Dunia, pertemuaan diadakan di waktu yang tepat mengenai Heaven’s Feel
ketiga dan aku, yangsaat itu masih muda, dipilih untuk melakukan sebuah
pekerjaan penting. Untuk pertempuran yang selanjutnya, aku akan pergi ke
kota Fuyuki untuk mengawasi pertarungan kalian.”
Mendengar kata-kata ayahnya, Kirei hanya dapat memiringkan kepalanya.
“Tunggu sebentar. Bukankan pengawas Gereja yang terpilih
diharapkan untuk bersikap adil? Ini akan menjadi masalah jika peserta
memiliki hubungan darah…”
“Tenang, tenang. Kamu pikir ini adalah titik lemah di peraturan?”
Senyuman yang tidak biasa dari ayah yang keras kepala menyiratkan sesuatu tidal bisa dibaca Kirei.
“Kotomine-san, kamu tidak seharusnya menyusahkan anakmu. Mari kita melanjutkan ke pertanyaan yang sesungguhnya.”
Tosaka Tokiomi secara eksplisit mendesak pastor tua itu ke pokok pembicaraan.
“Hm, baiklah.- Kirei, apa yang kita sudah jelaskan hanya tentang
‘aspek luar’ dari Perang Cawan ini. Ada alasan lain aku membawamu
bertemu dengan Tuan Tosaka hari ini.”
“… Yaitu?”
“Sebenarnya, kita telah menemukan bukti dari dulu bahwa Cawan
yang muncul di Fuyuki berbeda dengan peninggalan suci ‘Anak Tuhan’. Pada
akhirnya, peperangan di Heaven’s Feel di Fuyuki ini hanya untuk
memperebutkan harta yang sebenarnya hanyalah tiruan dengan kekuatan
Tuhan, sesuatu yang dapat membuka jalan ke Utopia. Ini tidak ada
hubungannya dengan Gereja kita.”
Itulah yang sebenarnya. Kalau tidak, Gereja Suci tidak akan puas
dengan hanya berperan sebagai seorang pengawas yang pasif. Kalau Cawan
itu ternyata sebuah ‘Peninggalan Suci’ yang sesungguhnya, Gereja pasti
akan melanggar perjanjian perdamaian sementara itu dan merebut Cawan itu
dari tangan para magus.
“Jika tujuan akhir dari cawan itu hanya untuk mendapatkan Akashic
Records, Gereja Suci tidak akan peduli dengannya. Karena, keinginan
para magus untuk menemuka ‘Akasha’, sang ‘Awal’, tidak sepenuhnya
bertentangan dengan ajaran kita.
- Walaupun, untuk membiarkan diri kita untuk mengindahkan hal
itu, kita memerlukan seseorang yang memiliki kemampuan. Jika seseorang
yang tidak diinginkan masuk, kita tidak tahu kecelakaan macam apa yang
akan terjadi.”
“Jadi, kalau kita melenyapkannya sebagai ajaran sesat-“
“Itu adalah seseuatu yang sulit. Para magus yang berperang untuk
Cawan itu memiliki daya juang yang tidak biasa. Kalau kita melawan
mereka secara langsung, sebuah peperangan dengan Asosiasi Magus tidak
mungkin dihindari. Dan hal itu akan menghasilkan korban yang terlalu
banyak.
Lebih tepatnya, sebagai aternatif yang kedua, tidak ada yang lebih
menarik daripada menemukan cara untuk memberikan cawan itu ke ‘orang
yang tepat’.”
“… Jadi begitu.”
Kirei sedikit demi sedikit mengerti alasan sebenarnya dari
pertemuan ini mengingat ayahnya membaurkan diri dengan Tosaka Tokiomi,
seorang magus.
“Karena mereka telah ditindas oleh kepercayaan di tempat asal
mereka, keluarga Tosaka mengikuti ajaran yang sama dengan kita. Mengenal
karakter Tokiomi, dia sendiri sudah pasti lolos dari kualifikasi untuk
menggunakan Cawan itu.”
Tosaka Tokiomi mengangguk, lalu kembali berbicara.
“Menemukan ‘Akasha’. Tidak ada tujuan yang paling besar selain
ini bagi kami Tosaka. Tapi, sayangnya, Einsberns and Matos, yang dahulu
mempunyai tujuan yang sama, sudah tersesat ke hal duniawi, dan sekarang
telah melupakan keinginan mereka yang awal. Aku tidak akan menyebutkan
bagaimana mereka telah mengundang empat Master dari luar. Mereka
menginginkan Cawan itu demi nafsu mereka yang menjijikkan, hanya itu.”
Itu berarti Gereja Suci tidak akan mengijinkan orang lain selain
Tosaka Tokiomi sebagai pemilik Cawan itu. Sekarang Kirei mengerti
tentang tugasnya.
“Jadi kamu mau aku ikut dalam perang yang selanjutnya untuk membiarkan Tosaka Tokiomi menang?”
“Benar.”
Akhirnya, Tosaka Tokiomi menunjukan senyumnya untuk pertama kali.
“Tentu saja, kita akan bekerja sama secara rahasia melawan lima
Master yang tersisa, dan menghancurkan mereka, untuk menambah
kemungkinan kita untuk menang.”
Mendengar perkataan Tokiomi, Pastor Risei mengangguk. Netralitas Gereja
Suci sebagai seorang juri sudah berubah menjadi sebuah lelucon. Heaven’s
Feel kali ini akan menarik, mengingat keinginan Gereja dari perang ini.
Mengenai itu, itu bukanlah sesuatu yang benar atau salah bagi
Kirei. Kalau kemauan Gereja sudah jelas, yang tersisa adalah melakukan
tugasnya sebagai eksekutor.
“Kirei-kun, kamu akan dipindahkan dari Gereja Suci ke Asosiasi Magus, dan kamu menjadi muridku.”
Tanpa jeda dan dengan nada praktis, Tosaka Tokiomi mempercepat penjelasannya.
“- Dipindahkan?”
“Pemindahan telah diresmikan, Kirei.”
Mengatakan ini, Pastor Risei mengeluarkan sepucuk surat. Itu
adalah surat pemberitahuan dengan tanda tangan Gereja Suci dan Asosiasi
Magus didalamnya, dan ditujukan untuk Kotomine Kirei. Kirei lebih
terkejut dengan kegunaan tindakan tersebut; hanya dari sehari sebelumnya
ke hari ini, surat ini selesai.
Pada akhirnya, tidak ada gunanya Kirei memberi pendapat tentang
masalah ini, ataupun memiliki alasan untuk tersinggung dari diskusi ini.
Karena Kirei tidak memiliki tujuan sama sekali.
“Yang paling penting yang harus kamu lakukan adalah berlatih seni
magis di rumahku di Jepang. Heaven’s Feel yang selanjutnya akan terjadi
dalam 3 tahun. Pada saat itu, kamu harus memiliki seorang Servant yang
mengikutimu, dan menjadi magus yang berpartispasi di perang itu sebagai
Master.”
“Tapi- apakah ini tidak apa-apa? Kalau aku belajar di bawahmu, bukankah ini akan ada keraguan bahwa kita bekerja sama?”
Tokiomi memberikan senyuman yang dingin dan menggelengkan kepalanya.
“Kamu tidak mengerti apa-apa tentang magus. Kalau kepentingan
mereka bertentangan, konflik antara guru dan murid yang berakhir dengan
pertempuran sampai mati adalah sesuatu yang biasa di dunia kami.”
“Aah, jadi begitu.”
Walaupun Kirei tidak bermaksud untuk mengerti tentang magus, dia
sedikit banyak mengerti tentang karakter dari sebuah ras bernama magus.
Dia telah melawan magus ‘sesat’ dalam berbagai peristiwa sebagai
eksekutor. Jumlah orang yang telah ia lenyapkan dengan tanganya melebihi
jumlah puluhan atau dua puluhan.
“Apakah kamu mempunyai pertanyaan lain?”
Saat Tokiomi akan mengakhiri pertemuan ini, Kirei membalas dengan pertanyaan yang ada di benaknya dari awal.
“Hanya satu – Cawan yang memilih para Master, apakah tujuannya yang sebenarnya?”
Tampaknya itu bukan merupakan pertanyaan yang diduga Tokiomi.
Alis sang magus mengerut sebentar, lalu dia memberikan jawaban dengan
tenang.
“Cawan itu akan… Tentu saja, akan memilih para Master yang
membutuhkannya dengan sepenuh hati. Seperti yang kukatakan sebelumnya,
kami Tosaka akan dimasukkan ke dalam urutan paling atas sebagai salah
satu dari 3 keluarga permulaan.”
“Jadi, semua Master memiliki alasan untuk menginginkan Cawan itu?”
“Tidak hanya sebatas itu saja. Cawan itu membutuhkan 7 orang agar
bisa muncul. Kalau jumlahnya tidak cukup pada saatnya, orang-orang yang
biasanya tidak akan dipilih bisa mendapatkan Command Seals. Mungkin ada
beberapa kasus seperti ini sebelumnya, tetapi- Aah, aku mengerti.”
Sambil berbicara, Tokiomi kelihatannya mengerti apa yang Kirei curigai.
“Kirei-kun, kamu berpikir bahwa kamu tidak mungkin dipilih, benar kan?”
Kirei mengangguk. Tidak peduli betapa kerasnya kamu mencari,
tidak mungkin ada alasan mengapa mesin pengabul permintaan itu memilih
dia.
“Hm, benar juga, ini aneh. Satu-satunya hal yang menghubungkanmu
dengan Cawan itu adalah ayahmu, yang dipilih sebagai pengawas, tetapi…
Tidak, kamu bisa berpikir bahwa itu adalah alasan satu-satunya.”
“… Yaitu?”
“Cawan itu sudah mengantisipasi bahwa Gereja Suci akan membantu
keluarga Tosaka. Jadi seorang eksekutor dari Gereja yang sanggup
memiliki Command Seals akan membantu Tosaka.”
Mengatakan hal ini, Tokiomi, yang merasa puas saat mengakhiri diskusi ini, menambahkan.
“Dengan kata lain, Cawan itu memberikan aku, seseorang dari
keluarga Tosaka, dua Command Seals, karena itu, dia memilih kamu sebagai
Master.
… Bagaimana dengan itu? Apakah keismpulan ini menjawab pertanyaanmu?”
Jadi, dia memberikan penjelasannya sendiri dengan nada yang menantang.
“…”
Rasa percaya diri yang sombong ini cocok dengan pria yang dipanggil
Tosaka Tokiomi. Pria ini memegang sebuah harga diri yang mendekati
sindiran.
Memang, sebagai seorang magus, dia adalah seorang yang sempurna.
Dan dia pasti memiliki rasa percaya diri yang datang bersamaan dengan
kesempurnaan itu. Itulah sebabnya dia mungkin tidak akan pernah
meragukan pendapatnya sendiri.
Itu artinya dia tidak akan mendapatkan jawaban yang lain disini sekarang- Itu adalah kesimpulan Kirei.
“Kapan kita berangkat ke Jepang?”
Menyembunyikan kekecewaannya, Kirei merubah topik pembicaraan.
“Aku akan mengunjungi Inggris sebentar. Aku memiliki perkerjaan kecil di Clock Tower.
Kamu akan pergi ke jepang lebih dahulu. Aku akan memberitahu keluargaku.”
“Dimengerti. Jadi, Aku akan berangkat secepatnya.”
“Kirei, pergilah lebih dahulu. Aku memiliki sesuatu untuk didiskusikan dengan Tuan Tohsaka.”
Menganggukkan kepala pada perkataaan ayahnya, Kirei bangkit dari
tempat duduknya dan, setelah memberi salam dengan mengangguk,
meninggalkan ruangan tersebut.
Tinggal di dalam ruangan itu, Tosaka Tokiomi dan Pastor Risei melihat Kotomine Kirei pergi dalam diam.
“Kau memiliki seorang anak yang dapat diandalkan, Kotomine-san.”
“Kemampuanya sebagai ‘Eksekutor’ dapat dijamin. Tidak ada dari
angkatannya yang bekerja lebih keras daripada dia selama pelatihan.
Akulah yang perlu kamu ragukan.”
“Ho… Apakah ini sikap teladan seorang pelindung iman?”
“Oh, aku malu mengatakan ini, tapi Kirei adalah kebanggaan satu-satunya orang tua yang bodoh seperti aku.”
Pastor tua itu terkenal akan kekakuannya, tapi, merasa nyaman
dengan Tokiomi, dia tersenyum. Saat matanya tertuju ke anak
satu-satunya, kepercayaan dan cintanya terlihat dengan jelas.
“Saat aku masih juga tidak memiliki anak saat melewati umur 50,
aku telah menyerah untuk mendapatkan seorang keturunan… Tapi sekarang,
aku kagum melihat betapa jauhnya anakku telah berkembang.”
“Walaupun, dia setuju lebih mudah dari yang aku bayangkan.”
“Anakku akan melompat kedalam kobaran api jika itu adalah keinginan Gereja. Sejauh itulah ia akan melangkah demi imannya.”
Walupun Tokiomi tidak bermaksud untuk meragukan perkataan Pastor
tua itu, kesan yang dia dapatkan dari anak Pastor Risei bukanlah ‘iman
yang berapi-api’. Penampilan tenang pria bernama Kirei terkesan seperti
kekosongan bagi dia.
“Sejujurnya, itu mengecewakan. Bagaimanapun aku melihatnya, dia
terlihat hanya terlibat dengan sesuatu yang tidak dipedulikannya.”
“Tidak… itu mungkin sebuah keselamatan bagi dia.”
Berbicara dengan tidak pasti, Pastor Risei mulai berkata dengan kelam.
“Ini adalah hal yang pribadi, tapi istrinya meninggal beberapa hari yang lalu. Mereka bahkan belum dua tahun menikah.”
“Oh, Aku-“
Tokiomi kehilangan kata-kata atas peristiwa yang mengejutkan itu.
“Walaupun tidak terlihat, dia menahannya dengan baik… Dia
memiliki terlalu banyak kenangan di Itali, Mungkin sekarang, bagi Kirei,
kembali ke tanah kelahirannya untuk misi yang baru dapat membantu
menyembuhkan lukanya.”
Risei mendesah setelah berbicara. Tokiomi tetap menatap orang tua itu.
“Tokiomi-kun, bukankah nilai seseorang yang sesungguhnya terlihat saat dalam kesusahan?”
Tokiomi membungkuk dalam atas kata-kata Pastor tua itu.
“Hutangku kepada Gereja Suci dan kedua generasi keluarga Tokiomi ini akan diukir di dalam prinsip keluargaku.”
“Tidak. Aku hanya memenuhi sumpahku untuk generasi masa depan
Tosaka. – Sisanya hanya berdoa untuk perlindungan Tuhan sampai
perjalanmu membawamu pada sang ‘Awal.”
“Ya. Penyesalan kakekku, impian terbesar Tosaka… inilah arti dan tujuan hidupku.”
Menyembunyikan betapa rasa percaya dirinya dicekik oleh beratnya tanggung jawabnya, Tokiomi mengangguk dengan pasti.
“Kali ini, aku akan mendapatkan Cawan itu. Aku akan memastikannya.”
Melihat martabat Tokiomi, Pastor Risei memberkati ingatan tentang temannya.
‘Temanku… Kau juga mendapatkan seorang pewaris yang luar biasa.’
Saat angin dari Laut Tengah mengacak-acak rambutnya, Kotomine Kirei berjalan dari vila yang terletak di atas bukit, sendirian dan dalam diam, di jalan kecil yang panjang.
Akhirnya, Kirei dapat menyudun semua kesan yang dia dapatkan dari
pria yang bernama Tosaka Tokiomi, yang baru saja bertemu dengannya.
Mungkin dia telah melewati kehidupan yang keras. Seolah-olah
harga diri diubah secara proporsional menjadi pengalaman pahit, dia
adalah seorang pria yang diberkahi dengan martabat tinggi yang bisa
dibanggakannya.
Dia cukup mengerti karakter seperti itu. Ayah Kirei memiliki karakter yang sama dengan Tosaka Tokiomi.
Manusia yang telah mengartikan tujuan dibalik kelahiran mereka,
dibalik eksistensi mereka, dan mengikuti tujuan itu tanpa ragu. Mereka
tidak akan pernah bimbang, tidak pernah ragu.
Menempa itu dengan tekad baja untuk bertindak dengan tujuan yang
jelas, maju hanya dengan pemenuhan dari ‘sesuatu’ yang merupakan tujuan
hidup mereka, di semua aspek kehidupan.
‘Bentuk dari keyakinan’ ini bisa menjadi, dalam kasus ayah Kirei,
iman yang besar; dan dalam kasus Tosaka Tokiomi, mungkin itu adalah
kepercayaan diri dari orang yang terpilih – sebuah hak yang tidak
dimiliki orang biasa, dan kesadaran seseorang yang memiliki tanggung
jawab untuk dipikul. Dia adalah salah satu ‘bangsawan asli’ yang tersisa
yang sangat jarang ditemukan saat ini.
Mulai dari sekarang, eksistensi seorang Tosaka Tokiomi mungkin
akan memegang implikasi penting bagi Kirei… Tapi walaupun begitu, dia
bukanlah orang cocok dengan orang seperti Kirei. Itu sama saja dengan
berkata bahwa ia sama dengan ayahnya.
Mereka yang hanya melihat tujuan hidup mereka tidak akan dapat
mengerti sakitnya mereka yang tidak mampu memilikinya. Orang-orang
seperti Tokiomi memiliki ‘tujuan hidup’ sebagai dasar keyakinan mereka,
tapi itu sama sekali tidak ada dalam pikiran Kotomine Kirei. Tidak
sekalipun di dalam 20 tahun lebih ini dia pernah merasakan sensasi
seperti itu.
Karena itu, dia tidak dapat mempertimbangkan ide yang paling
mulia, mendapatkan kepuasan dari tantangan apapun, atau menemukan
ketenangan dalam kesenangan manapun. Orang seperti ini tidak memiliki
tujuan hidup sejak awal.
Dia bahkan tidak dapat mengerti bagaimana ia bisa begitu jauhnya
terkucil dari norma-norma yang dipegang oleh orang-orang biasa. Kirei
bahkan tidak bisa memikirkan suatu hasrat untuk memulai sesuatu dengan
gairah yang tinggi.
Dia masih percaya bahwa Tuhan itu ada. Bahwa ada sebuah
eksistensi luar biasa, walaupun dia tidak memiliki kedewasaan untuk
merasakannya.
Dia hidup dengan kepercayaan bahwa suatu hari, suara Tuhan yang
paling suci akan menuntun dia ke kebenaran yang sejati dan
menyelamatkannya. Berjudi atas harapan itu, memegangnya erat.
Tapi jauh di dalam hatinya, dia sudah tahu. Bahwa keselamatan tidak akan datang dari cinta Tuhan untuk orang seperti dia.
Menghadapi kemarahan dan keputusasaan tersebut menyudutkan dia
menjadi seorang masokis. Dibawah alasan penebusan dosa untuk melatih
moralnya, dia berulang kali melukai dirinya sendiri. Tetapi penyiksaan
itu justru menempa tubuh Kirei menjadi seperti besi, dan saat dia
menyadarinya, dia telah sampai di puncak para elit di Gereja Suci
sebagai ‘Eksekutor’, dimana tidak ada seorangpun yang dapat
mengikutinya.
Orang-orang menyebut itu ‘kemuliaan’. Ketaatan dan disiplin
Kotomine Kirei dipuji sebagai contoh untuk semua pastor. Bahkan ayahnya
Risei juga tidak terkecuali.
Kirei mengerti sepenuhnya mengapa Kotomine Risei memiliki rasa
percaya dan kekaguman yang besar pada anaknya, tapi itu adalah sebuah
kesalahpahaman jauh dari poin yang sebenarnya; karena sebenarnya,
hatinya memalukan. Sepanjang sisa hidupnya mungkin tidak akan cukup
untuk mengubah kesalahpahaman itu.
Sampai sekarang, tidak ada seorangpun yang dapat mengerti kekurangan Kirei.
Ya, bahkan satu-satunya wanita yang ia cintai-
“…”
Saat kepalanya terasa ringan, Kirei memperlambat jalannya dan menaruh telapak tangan di dahinya.
Saat dia mencoba untuk mengingat istrinya, pikirannya yang kabur
menghilang dalam kabut yang turun. Terasa seperti berdiri di dalam kabut
di ujung jurang. Naluri untuk bertahan hidup menyuruhnya untuk tidak
mengambil satupun langkah maju.
Saat dia menyadari, dia sudah sampai di dasar bukit. Kirei berhenti dan melihat ke belakang ke vila di atas bukit.
Akhirnya, dia belum mendapatkan kesimpulan yang memuaskan dari
pertemuannya dengan Tosaka Tokiomi… Itu adalah hal yang paling
mengganggu Kirei.
Mengapa ‘Cawan’ yang memiliki kekuatan yang ajaib memilih Kotomine
Kirei?
Penjelasan Tokiomi terdengar terburu-buru. Kalau Cawan itu
menginginkan pendukung untuk Tokiomi, pasti masih banyak orang-orang
yang lebih cocok untuk itu karena Cawan itu pasti menginginkan seseorang
yang dapat menjadi teman bagi dia; bukan Kirei.
Pasti ada sebuah alasan mengenai pemilihannya dalam kemunculan Cawan berikutnya.
Tapi… Semakin ia pikirkan, semakin Kirei menemukan bahwa ketidaksesuaian ini mengkhawatirkan.
Dia pada dasarnya tidak memiliki ‘tujuan hidup’, atau impian
ataupun cita-cita. Bagaimanapun kamu melihatnya, dia tidak menemukan
alasan untuk menjadi pemilik sebuah keajaiban seperti sebuah ‘mesin
pengabul permintaan.’
Dengan wajah muram, Kirei melihat ke tiga simbol yang muncul di atas tangan kananya.
Mereka berkata bahwa Command Seals adalah sebuah tanda suci.
Apakah dia akan menemukan sebuah janji untuk dipegang, tiga tahun dari sekarang?
Komentar
Posting Komentar